Sosialisasi
Politik
Pengertian sosialisasi politik, secara
sederhana dapat dipahami melalui menambahkan atau mengaitkan definisi yang ada
tentang sosialisasi dengan politik. Dengan memasukkan konsep politik para ahli,
maka definisi sosialisasi politik dengan menggunakan pemikiran Brinkerhoff dan
White adalah “suatu proses belajar peran, status, dan nilai yang diperlukan
untuk keikutsertaan dalam institusi politik.” Jadi, kesimpulan tentang
sosialisasi politik adalah suatu transmisi pengetahuan, sikap, nilai, norma,
dan perilaku esensialdalam kaitannya dengan politik agar mampu berpartisipasi
efektif dalam kehidupan politik
Dalam sosialisasi politik, terdapat
beberapa agen yang dipandang memegang peranan penting, antara lain keluarga,
sekolah, kelompok teman sebaya, dan media massa. Didalam sosialisasi keluarga,
pola sosialisasinya dapat berlangsung dalam dua bentuk, yaitu sosialisasi
represif dan sosialisasi partisipasif. Sosialisasi represif dimana menekankan
pada kepatuhan anak, penghukuman terhadap perilaku yang keliru, komunikasi
sebagai perintah, dan lain-lain. Sosialisasi partisipasif menekankan pada
otonomi anak dan memberikan imbalan terhadap perilaku anak yang baik. Pola
sosialisasi politik yang berbeda ini akan memengaruhi anak dalam tingkat
kemandirian, kepemimpinan, dan kemampuan dia untuk bekerja dengan orang lain.
Dalam kaitannya dengan sosialisasi politik, anak yang mengalami sosialisasi
akan sangat memerhatikan posisi merek sta dalam hubungan dengan orang lain.
Mereka akan sangat sadar dengan posisi mereka dalam kaitannya dengan
kepemilikan kekuasaan. Mereka akan memperlakukan orang lain sesuai dengan
status sosial ekonomi termasuk jabatannya mereka. Sifat sosialisasi politik
bervariasi menurut waktu dan lingkungan yang meberinya kontribusi, seperti
sifat dari pemerintah dan derajat serta sifat dari perubahan.
Ada beberapa hal dalam mendiskusikan
sekolah sebagai agen sosialisasi, diantaranya sekolah sebagai sistem sosial,
gaya kepemimpinan guru, dan learner-centered versus teacher-centered. Agar
sistem sosial berfungsi efektif sebagai satu kesatuan harus terdapat paling
kurang suatu tingkat solidaritas diantara bagian atau individu yang termasuk
didalamnya. Sistem sosial seperti halnya sistem yang lain, memiliki persyaratan
fungsional AGIL. Dalam sistem sosial, kebutuhan fungsional AGIL diemban
beberapa subsistem, seperti sistem ekonomi polity (sistem politik), societal
(sistem masyarakat), dan fiduciary.
Gaya kepemimpinan guru disekolah dapat
dibagi dalam 3 jenis, yaitu otokratik, demokratik, dan laisser-faire. Gaya
kepemimpinan guru disekolah dapat memengaruhi cara berpikir, cara merasa, dan
cara bertindak siswa dikemudian hari.
Komunikasi
Politik
Komunikasi politik merupakan suatu
elemen yang dinamis dan yang menentukan sosialisasi politik dan partisipasi
politik. Pola-pola komunikasi politik adalah komunikasi pengetahuan,
nilai-nilai, dan sikap-sikap yang dikembangkan oleh suatu negara menentukan bentuk
sosialisasi politik dan partisipasi politik yang terjadi di negara yng
bersangkutan. Dalam hal ini, komunikasi politik menentukan corak perilaku insan
politik. Partai politik sebagai komunikator yang tidak hanya menyampaikan
segala keputusan dan penjelasan pemerintah kepada masyarakat sebagaimana
diperankan oleh partai politik dinegara totaliter, tetapi juga menyampaikan
inspirasi dan kepentingan berbagai kelompok masyarakat kepada pemerintah. Dalam
bentuknya yang paling sederhana, proses komunikasi terdiri atas pengirim,
pesan, dan penerima. Ada beberapa komunikasi politik dalam menentukan corak
perilaku insan politik, diantaranya tinjauan umum tentang komunikasi, pola-pola
komunikasi politik dan salurannya, dan pembentukan pendapat umum.
Penting untuk diperhatikan bahwa tanpa
komunikasi politik yang efektif, maka aktivitas politik akan kehilangan bentuk.
Untuk itu, sumber pesan, misalnya seorang calon presiden atau seorang calon
legislatif dituntut untuk menyampaikan pesan yang jelas kepada para pendukungnya
dan masyarakat luas. Bentuk komunikasi ini dapat disampaikan melalui media
elektronik atau media massa, misalnya koran, majalah, radio, televisi.
Jika di negara-negara demokratis,
terutama di negara industri maju diberlakukan prinsip komunikasi bebas, maka di
negara-negara totaliter dan otoriter diberlakukan sistem pengawasan yang sangat
ketat berbagai saluran komunikasi. Pengawasan yang ketat tersebut dimungkin
karena rezim yang berkuasa memang mampu mengendalikan isi informasi yang
disebarluaskan oleh media massa.
Seorang diktator atau seorang tiran
memang sangat berkepentingan dengan pembentukan pendapat umum yang sesuai
dengan garis politik yang ditetapkan.
Robert Lane dan David Sears berpendapat
bahwa pendapat umum memberikan pengarahan. Ini berarti, bahwa beberapa individu
akan menyetujui satu pandangan tertentu, sedangkan individu yang lain
menentangnya.
Ciri-ciri dari pendapat adalah
intensitas dan pentingnya masalah. Pendapat yang kuat akan lebih sering
dilontarkan ketimbang pendapat yang dianggap kurang kuat. Pendapat yang kuat
itu secara efektif memengaruhi perilaku orang yang mempercayainya.
REFERENSI
Dr. Basrowi, dkk. 2012. Sosiologi Politik. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Maran. 2001. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
No comments :
Post a Comment