Sosiologi Keluarga
Keluarga adalah
lingkungan dimana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah dan
bersatu. Keluarga didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang tinggal dalam
satu rumah yang masih mempunyai hubungan kekerabatan atau hubungan darah karena
perkawinan, kelahiran, adopsi dan sebagainya.
Keluarga pada dasarnya
merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari suatu hubungan seks yang tetap,
untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan dengan keorangtuaan dan
pemeliharaan anak.
Hubungan dalam keluarga bisa dilihat
dari: Pertama, hubungan suami-istri. Hubungan antar suami-istri pada keluarga
yang institusional ditentukan oleh faktor-faktor di luar keluarga seperti:
adat, pendapat umum, dan hukum. Kedua, hubungan orangtua-anak. Ketiga, hubungan
antar-saudara (siblings). Hubungan antar-saudara bisa dipengaruhi oleh jenis kelamin,
umur, jumlah anggota keluarga, jarak kelahiran, rasio saudara laki-laki
terhadap saudara perempuan, umur orang tua pada saat mempunyai anak pertama,
dan umur anak pada saat mereka keluar dari rumah.
Secara umum kehadiran
anak dalam keluarga, dapat dilihat sebagai faktor yang menguntungkan orang tua
dari segi psikologis, ekonomis dan sosial. Secara psikologis, orang tua akan
bangga dengan prestasi yang dimiliki anaknya, secara ekonomis, orangtua
menganggap anak adalah masa depan bagi mereka, dan secara sosial mereka telah
dapat dikatakan sebagai orang tua.
Keluarga dipandang
sebagai sistem sosial terbuka yang ada dan berinteraksi dengan sistem yang
lebih besar dari masyarakat, misalnya politik, agama, sekolah dan pemberian
pelayanan kesehatan. Sistem keluarga terdiri dari bagian yang saling berhubungan
(anggota keluarga) yang membentuk berbagai macam pola interaksi (subsistem).
Seperti pada seluruh sistem, sistem keluarga mempunyai dua tujuan baik impisit
maupun eksplisit, yang berbeda berdasarkan tahapan dalam siklus hidup keluarga,
nilai keluarga dan kepedulian individual anggota keluarga.
Struktur dan fungsi
merupakan hal yang berhubungan erat dan terus menerus berinteraksi satu sama
lain. Struktur didasarkan pada organisasi, yaitu perilaku anggota keluarga dan
pola hubungan dalam keluarga. Hubungan yang ada dapat bersifat kompleks,
misalnya seorang wanita bisa sebagai istri, sebagai ibu, sebagai menantu, dll
yang semua itu mempunyai kebutuhan, peran dan harapan yang berbeda. Pola
hubungan itu akan membentuk kekuatan dan struktur peran dalam keluarga.
Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung dari kemampuan
dari keluarga tersebut untuk merespon yang ada dalam keluarga. Struktur
keluarga yang sangat kaku atau sangat fleksibel dapat mengganggu atau merusak
fungsi keluarga.
Didalam keluarga
terdapat perannya masing-masing. Peranan ayah, diantaranya pencari nafkah,
pelindung dan pemberi rasa aman, kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Peranan ibu,
diantaranya mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-naknya, pelindung
dan sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya, serta bisa berperan sebagai pencari
nafkah tambahan dalam keluarga. Peranan
anak, diantaranya
melaksanakan peranan psiko sosial sesuai
dengan tingkat perkembangannya,
baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
Di dalam keluarga anak
belajar dan melakukan interaksi sosial yang pertama serta mulai mengenal
prilaku-prilaku yang dilakukan oleh orang lain. Dengan perkataan lain,
pengenalan tentang budaya-budaya masyarakat dimulai dari keluarga. Disini anak
juga belajar tentang keunikan pribadi seorang, dan sifat-sifat kelompok sosial
disekitarnya. Hampir disemua masyarakat keluarga dikenal sebagai unit sosial
dimana anak mulai memperoleh pengalaman-pengalaman hidupnya.
Didalam suatu
masyarakat, keluarga inti menjalankan fungsi yang sebenarnya dari masyarakat,
sementara pada masyarakat lain, pola-pola kekerabatan memegang fungsi utama
dalam membudayakan generasi muda. Dalam kasus lain, keluarga adalah sebagai
perantara antara budaya lokal dan unit sosial, dimana nilai-nilai budaya mulai
ditanamkan dari generasi tua ke generasi muda.
Keluarga juga
menjalankan fungsi-fungsi politik. Keluarga membantu mengembangkan
kemampuan-kemampuan dan keterampilan-keterampilan untuk hidup berkelompok. Di
dalam keluarga, anak mengenal proses pengambilan keputusan, kepatuhan terhadap
penguasa dan ketaatan untuk menjalankan aturan-aturan yang berlaku. Karena
didalam keluarga sebagai unit terkecil, terjadi fungsi-fungsi pengambilan
keputusan maka keluarga merupakan sistem politik pada tingkat mikro. Di dalam
keluarga, anak pertama kali belajar mengenal pola-pola kekuasaan, bagaimana
kekuasaan terbagi serta jaringan-jaringan hubungan kekuasaan berlangsung.
Disini, anak mulai mengenal mengapa orang tua memiliki power yang lebih tinggi
dibandingkan saudara-saudaranya yang lebih tua, serta bagaimana pembagian
kekuasaan antara lelaki dan perempuan, antara yang muda dan yang tua, antara
ayah dan ibu, antara anak dan orang tua. Sifat-sifat kepatuhan anak dalam
keluarga akan dibawa dalam kepatuhan di sekolah dan di masyarakat. Demikian
juga sifat-sifat suka memberontak, kebiasaan melawan dan tidak disiplin didalam
keluarga, juga akan mempengaruhi dalam kehidupan di sekolah dan di masyarakat.
Teori Struktural
Fungsional mengasumsikan bahwa masyarakat merupakan sebuah sistem yang dinamis,
yang terdiri dari berbagai bagian atau subsistem yang saling berhubungan.
Bagian-bagian tersebut berfungsi dalam segala kegiatan yang dapat meningkatkan
kelangsungan hidup dari sistem.
Penerapan teori Struktural Fungsional
dalam konteks keluarga terlihat dari struktur dan aturan yang ditetapkan.
Dinyatakan oleh Chapman, bahwa keluarga adalah unit universal yang memiliki
peraturan, seperti peraturan untuk anak-anak agar dapat belajar untuk mandiri.
Tanpa aturan atau fungsi yang dijalankan oleh unit keluarga, maka unit keluarga
tersebut tidak memliliki arti yang dapat menghasilkan suatu kebahagiaan. Bahkan
dengan tidak adanya peraturan maka akan tumbuh atau terbentuk suatu generasi
penerus yang tidak mempunyai kreasi yang lebih baik dan akan mempunyai masalah
emosional serta hidup tanpa arah.
Menurut Parsons, keluarga diibaratkan
sebuah hewan berdarah panas yang dapat memelihara temperatur tubuhnya agar
tetap konstan walaupun kondisi lingkungan berubah, Parsons tidak menganggap
keluarga adalah statis atau tidak dapat berubah. Menurutnya, keluarga selalu
beradaptasi secara mulus menghadapi perubahan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA